Tania Gunadi: Mojang Bandung di Hollywood
13end | Jumat, April 27, 2012 |
Public Figure
Tania Gunadi (28) merasa hidupnya bagai dalam mimpi. Ketika remaja, ia memenangi lotre ”green card” untuk menetap di Amerika Serikat. Kini, warga AS mengenali Tania sebagai artis Hollywood.
Pada saat menikmati sarapan roti muffin dan segelas kopi di sudut Beverly Junction, Los Angeles, beberapa waktu lalu, pelayan restoran segera mengenalinya dan langsung menyapa Tania.
Tania menyambut sapaan itu dengan senyum sebelum kemudian berbisik, ”Kalau aku menjawab film apa saja yang sudah kubintangi, nanti dikiranya aku sombong.”
Tania memang telah menjadi bintang di beragam serial televisi, dan bermain di lebih dari 40 film televisi ataupun film layar lebar. Saat ini, ia sedang sibuk menjadi pengisi suara atau voice actor di film seri animasi Transformers Prime yang tahun ini bakal memasuki penayangan musim ketiga.
Mojang Bandung yang fasih berbahasa Sunda ini mendapat green card setelah lulus SMA pada tahun 2000. Tingginya biaya hidup di AS memaksa gadis yang tak pernah menyentuh pekerjaan rumahan ini untuk mulai bekerja serabutan sembari kuliah.
Atas rekomendasi kakaknya yang juga tinggal di LA, Tania mendapat pekerjaan sebagai penerima telepon di Pizza Hut. Suatu hari, ia salah menerjemahkan menu pesanan piza pelanggan. Alhasil, jabatan Tania pun lalu melorot menjadi koki. Tak bisa membedakan saus dan sambal, Tania turun jabatan lagi menjadi pencuci piring.
Dinilai gagal membersihkan piring kotor, Tania terpaksa bekerja di toilet. ”Sempet nangis. Dulu mikirnya bisa jadi orang kaya begitu ke Amerika, tapi aku malah harus membersihkan toilet,” kenang Tania.
Audisi
Tania memulai kariernya di Hollywood ketika diajak seorang rekannya mengikuti audisi Disneyland untuk iklan. Kala itu, ia hanya diminta naik roller coaster dan berteriak sekencang-kencangnya. Ketika bintang iklan lainnya menyerah kelelahan, Tania tetap segar bugar.
Iklan yang harusnya diisi banyak orang itu pun akhirnya hanya menampilkan Tania sebagai bintang utama sekaligus figuran. Selama tiga kali pengambilan gambar, Tania mendapat upah 1.500 dollar AS. Pendapatan ini sangat besar dibandingkan upah bekerja di restoran piza yang hanya 5 dollar per jam.
”Hari itu juga, aku langsung pengin jadi aktor. Hidupku sekarang 100 persen untuk akting. Akting membuatku senang, aku tidak pernah mau sedih dalam hidup,” ujar Tania yang memang selalu ceria ini.
Bermimpi menjadi artis Hollywood, Tania segera memperbaiki kemampuan bahasa Inggrisnya. Ia juga mengisi waktu luang bekerja sebagai guru Matematika bagi anak umur 6-14 tahun di Russian School. ”Aku sungguh ahli menangani anak-anak,” tutur Tania.
Setahun pertama membangun mimpi jadi artis, Tania tak pernah lolos audisi. Sering kali ia ditolak mentah-mentah dengan cara yang menurutnya sangat menyakitkan. Dandan sejak pagi hari untuk audisi Rush Hour (1999) yang dibintangi Jackie Chan, misalnya, petugas audisi hanya main tunjuk ke arah Tania sembari berkata, ”No.”
Tania lalu mulai mengikuti kelas akting yang diasuh mantan aktor Hollywood, Robert F Lyons, yang membintangi sejumlah film laris pada era 1970-an sampai 1980-an, seperti Cease Fire dan Gunsmoke.
Selama lebih dari sepuluh tahun, hingga kini, Tania tak pernah absen belajar dua kali dalam sepekan di kelas akting itu. ”Senangnya di Amerika, mau jadi apa saja pasti ada jalan,” katanya.
Selain kelas akting, ia membekali diri dengan banyak keterampilan, seperti dansa, ice skating, hingga bela diri. Ia mempelajari semua dasar keterampilan itu dan akan segera memperdalam begitu diterima audisi.
Film pertama
Pada film pertamanya, Tania sama sekali tak dibayar dan hanya ngomong satu kata: hai, hello, dan how are you. Setelah melakoni beragam peran figuran, akhirnya Tania mendapat peran utama sebagai seorang gangster.
Kariernya semakin terdongkrak ketika memerankan tokoh Emma Lau di film serial televisi Disney XD berjudul Aaron Stone yang diputar selama dua tahun.
Pengalaman menarik dikecap Tania ketika berperan sebagai orang Indonesia bernama Sri Sumarto dalam tiga episode drama seri Fox berjudul Boston Public. Produser drama seri tersebut sempat kebingungan mencari aktor dan aktris Indonesia.
Akhirnya, Tania memboyong orangtua, kakak, dan tukang masak restoran Indonesia di Los Angeles untuk ikut-ikutan akting. Ketika bercerita pengalaman akting bersama kerabatnya itu, Tania sampai tertawa terpingkal-pingkal. ”Kami berdelapan mengisi hari itu dengan ketawa-ketawa,” ujar Tania.
Sebagian dari jerih payah bekerja sebagai artis di negeri orang dimanfaatkan Tania untuk membantu komunitas tak mampu di negerinya. Ia antara lain membangun sumur bagi warga miskin di sebuah desa di Garut, Jawa Barat.
Kepedulian ini terbangun dari ingatan masa kecil. Ketika pertama kali naik kereta api dari Bandung ke Jakarta, Tania merengek ingin turun di perkampungan kumuh pinggir rel. Saat itu orangtuanya melarang Tania turun untuk memberikan selimut kepada seorang nenek yang dilihatnya dari kaca jendela kereta.
”Aku berkata kepada diriku. Suatu saat, aku akan membuat keputusan untuk diriku sendiri. Aku akan berbuat sesuatu untuk mereka yang tak mampu,” kata Tania yang masih bermimpi ingin memiliki perusahaan produksi filmnya sendiri ini.
Sumber : Kompas.com
Jangan Lupa di Like ya....
Tinggalkan Komentar